Bandung, 11 Desember 2024 – Dalam upaya menjawab tantangan kebutuhan kompetensi tenaga administrasi rumah sakit, PAIB sukses menggelar workshop bertema “Pengembangan Program Studi Diploma III Administrasi Rumah Sakit: Menjawab Tantangan Kebutuhan Kompetensi di Sektor Kesehatan Jawa Barat”. Bertempat di Hotel Savoy Homann, acara ini menghadirkan dua narasumber utama dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, serta diikuti oleh belasan dosen dan tenaga kependidikan dari prodi Administrasi Rumah Sakit.
Pada sesi pertama, Ane Carolina, S.Si., M.Eng, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Jawa Barat, memaparkan strategi pengembangan wilayah yang menekankan pentingnya tenaga administrasi rumah sakit yang kompeten. “Kebutuhan tenaga administrasi rumah sakit terus meningkat, seiring dengan perkembangan infrastruktur kesehatan di Jawa Barat. Kolaborasi dengan institusi pendidikan sangat penting untuk menciptakan tenaga kerja yang relevan dengan kebutuhan daerah,” ujar Bu Ane.
Sementara itu, Drg. Juanita Paticia Fatima, MKM, Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Barat, menyampaikan pandangan tentang pentingnya kompetensi teknis dan soft skill dalam memenuhi standar pelayanan kesehatan. Beliau menyoroti perlunya penguatan kurikulum di bidang komunikasi, kepemimpinan, dan pemanfaatan teknologi informasi. “Lulusan administrasi rumah sakit tidak hanya harus memahami manajemen operasional, tetapi juga harus mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi,” jelasnya.
Sesi diskusi memberikan ruang bagi peserta untuk mengeksplorasi tantangan dan peluang dalam meningkatkan kompetensi lulusan Program Studi Administrasi Rumah Sakit. Dalam diskusi ini, sejumlah isu utama dibahas, termasuk kurangnya pengakuan formal terhadap tenaga administrasi rumah sakit sebagai tenaga kerja yang esensial di sektor kesehatan. Peserta juga menyampaikan perlunya strategi untuk menyiapkan lulusan agar memiliki daya saing di tingkat manajerial.
Drg. Juanita Paticia Fatima, MKM menekankan pentingnya membekali mahasiswa dengan kompetensi manajerial yang fleksibel, tanpa membatasi peran mereka pada posisi teknis semata. “Kompetensi kepemimpinan dan kemampuan komunikasi harus menjadi bagian dari kurikulum, sehingga lulusan siap menghadapi berbagai peran di dunia kerja,” ujarnya. Sementara itu, Ane Carolina, S.Si., M.Eng mengungkapkan bahwa peluang wirausaha bagi lulusan dapat menjadi salah satu solusi menghadapi keterbatasan formasi pekerjaan di sektor kesehatan. “Mahasiswa dapat diarahkan untuk mengembangkan layanan edukasi kesehatan atau menjadi konsultan administrasi kesehatan, dengan memanfaatkan potensi lokal dan teknologi,” tambahnya.
Selanjutnya dosen-dosen terlibat dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD), untuk mengidentifikasi kesenjangan antara pembelajaran di kelas dengan kebutuhan nyata di dunia kerja.
Workshop ini menghasilkan sejumlah rekomendasi penting:
- Revisi kurikulum untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja.
- Penambahan program pengembangan soft skill, terutama komunikasi dan kepemimpinan.
- Kerja sama dengan sektor industri untuk mendukung sertifikasi kompetensi.
- Integrasi teknologi dalam proses pembelajaran untuk mendukung transformasi digital.
Kegiatan ini ditutup dengan penekanan pada pentingnya sinergi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan industri dalam menciptakan lulusan yang kompeten. Melalui kolaborasi ini, diharapkan lulusan program studi Administrasi Rumah Sakit dapat memberikan kontribusi nyata dalam mendukung pembangunan sektor kesehatan di tingkat regional maupun nasional.